Project Wira: Pasar Tokenisasi Aset Indonesia Diprediksi Mencapai $88 Miliar pada Tahun 2030.

Project Wira

Dalam evolusi pesat blockchain, kolaborasi memicu inovasi. Proyek Wira, yang dikembangkan oleh D3Labs, Tiger Research, BRI Ventures, dan Saison Capital, menjajaki potensi blockchain untuk mentransformasi ekosistem keuangan Indonesia. Diluncurkan pada Indonesia Blockchain Week 2024, dengan D3Labs sebagai salah satu tuan rumah, proyek ini menandai tonggak penting bagi industri ini.

Pasar Tokenisasi Aset Indonesia

Sebagai negara terpadat keempat di dunia, Indonesia menyimpan potensi yang menjanjikan untuk tokenisasi aset. Pasar tokenisasi aset negara ini diperkirakan akan tumbuh sebesar 31,7% dan mencapai US$88 miliar pada tahun 2030. Proyeksi ini menandakan peluang signifikan bagi para pelaku awal di pasar tokenisasi aset. Kesiapan Indonesia untuk tokenisasi aset ditandai dengan pertumbuhan pasar pembayaran digital sebesar 2,5 kali lipat, mencapai US$760 miliar. Pertumbuhan pembayaran digital menunjukkan hasil yang serupa. Dari tahun 2012 hingga Juni 2024, transaksi QRIS mencapai 5.925 juta. Pertumbuhan ini juga menunjukkan adopsi aset digital di kalangan investor lokal. Pada akhir tahun 2023, sekitar 18,51 juta orang Indonesia, atau sekitar 6,7% dari populasi, memiliki akun aset digital—jauh melampaui 6,4 juta investor saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini menyoroti semakin menonjolnya aset digital sebagai kelas aset utama. Temukan laporan lengkapnya, di sini!

Potensi Adopsi Cepat Tokenisasi Aset di Indonesia

Pasar tokenisasi aset Indonesia diperkirakan akan berkembang di sekitar komoditas dan instrumen keuangan seperti stablecoin, ETF, obligasi, dan instrumen utang.

  1. Uang Digital (Stablecoin, Token Deposit, CBDC): Indonesia siap untuk adopsi stablecoin, didorong oleh populasi muda, pertumbuhan pembayaran digital yang pesat, dan ketergantungan pada remitansi dan perdagangan. Inisiatif seperti XIDR (StraitsX) dan IDRT mencerminkan upaya untuk mengembangkan stablecoin berbasis Rupiah.
  2. Sektor Komoditas: Nikel dan tembaga, didorong oleh pertumbuhan industri kendaraan listrik (EV), serta komoditas pokok seperti batu bara, minyak sawit, dan minyak dan gas tetap diminati secara global. Tokenisasi komoditas menawarkan tiga manfaat utama: penggalangan dana yang efisien, peningkatan daya saing global, dan strategi ESG yang lebih kuat.
  3. Aset Keuangan: Pada Oktober 2024, imbal hasil obligasi 10 tahun Indonesia sebesar 6,92% melampaui negara-negara dengan peringkat kredit serupa, menawarkan premi 3-4% di atas negara-negara maju. Imbal hasil ini dapat menarik investasi asing melalui produk on-chain, sementara inovasi DeFi mendiversifikasi pendapatan lembaga keuangan. Adopsi aset on-chain siap untuk meningkatkan daya saing pasar keuangan Indonesia.
  4. Kredit Karbon/Token ESG: Tokenisasi kredit karbon berbasis blockchain memastikan transaksi yang transparan dan aman dengan pelacakan real-time dari pembuatan hingga penghapusan. Smart contract mencegah penjualan ganda, dan immutabilitas data menjamin integritas, menciptakan peluang pendapatan bisnis baru.
  5. Properti: Dalam kolaborasi terbaru kami dengan Bank Tabungan Negara (BTN), bank hipotek terbesar di Indonesia, kami telah memulai tokenisasi sekuritas. Aset properti yang ditokenisasi ini membawa manfaat baru seperti pendanaan tambahan, insentif pajak, dan likuiditas aset bagi lembaga penerbit,” kata Tigran Adiwirya, Co-CEO dan Pendiri D3 Labs. “Sementara itu, investor akan mendapatkan manfaat dari alternatif investasi properti yang terjangkau, perlindungan inflasi, dan transparansi.”

Teknologi Utama untuk Tokenisasi Aset

Mekanisme konsensus sangat penting untuk keberhasilan proyek tokenisasi, dan public permission chain direkomendasikan untuk tahap awal tokenisasi aset. SeaSeed Network, sebuah inisiatif terkemuka dalam D3 Labs, menonjol sebagai salah satu platform blockchain layer-1 terkemuka. Platform ini menampilkan public permissioned chain untuk mendukung aplikasi perusahaan di berbagai sektor, termasuk keuangan, kesehatan, dan manajemen rantai pasokan. Chung Ying Lai, co-CEO D3 Labs, menyoroti, “SeaSeed Network memelopori public blockchain yang diberi izin yang dirancang khusus untuk lembaga keuangan, bermitra dengan entitas terpercaya seperti Bank BTN, SaiSon Capital, dan UOB Venture Management. Dengan memanfaatkan kemitraan ini, kami memastikan node validator yang aman untuk tokenisasi aset dunia nyata (RWA) dan memungkinkan transaksi lintas batas yang sesuai.”

Kesimpulannya, pasar tokenisasi aset Indonesia menghadirkan potensi besar untuk mendorong inovasi keuangan dan pertumbuhan ekonomi. Dengan kolaborasi erat antara pemerintah, lembaga keuangan, dan perusahaan teknologi, Indonesia berada pada posisi yang baik untuk muncul sebagai pemimpin tokenisasi aset di Asia Tenggara.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *